Selasa, 15 Maret 2016

Kisah Mistis Cerita Seorang Teman Skizofrenia

Tak tahu bagaimana itu dapat berlangsung. Saya cuma tahu bagaimana ini semuanya berawal. Awalannya saya fikir saya berimajinasi yang beberapa tak. Namun lalu mendadak semua jadi lebih kronis. Saya begitu meyakini saya diganggu. Serta ini bikin saya benar-benar tertekan. Ah, biarkanlah saya katakan saja 

Rekan saya, cewek, menderita skizofrenia. Mungkin saja kalian pernah mendengarnya. Yang tentu skizofrenia bukanlah miliki banyak kepribadian. Bila banyak kepribadian itu dimaksud Dissociative Identity Disorder. Skizofrenia lebih terkait dengan halusinasi nada atau visual. Bergantung tingkat keparahannya, penyakit mental ini dapat diakukan. Sekurang-kurangnya tersebut yang dia cerita ke saya. 

Dikarenakan sistem penyembuhannyalah, peristiwa menerpa saya. Dokter dia coba hentikan pemakaian obat-obatan untuk mengecheck bagaimana dia bereaksi. Tiga hari sesudah berhenti konsumsi obat, kebetulan dia datang ke tempat tinggal saya. Kami keduanya sama nonton TV di kamar saya waktu itu. 

Sebenarnya saya telah agak punya kebiasaan dengan permasalahan dia. Dia kerap lihat seputar di dalam pembicaraan, atau dia mungkin saja mendadak tak menghiraukan anda bicara lantaran dia lihat halusinasinya. 

Ok, lanjut lagi, di kamar saya, dia mulai memandang tajam satu diantara pojok kamar. Saat di tanyain dia lihat apa, dia cuma menjawab tak apa-apa. Saya juga mengambil keputusan tak ajukan pertanyaan selanjutnya. Namun mendadak saja dia menangis. Waktu di tanya mengapa, dia baru menjawab, “Ada cewek di pojok kamarmu yang menangis darah. ” 

Saya juga katakan, itu cuma halusinasimu. Diabaikan saja. Saat saya katakan demikian, pandangan dia dengan ketakutan begitu. Saya agak terhenyak. Dia katakan, “Kamu semestinya janganlah omong demikian. Kata-katamu baru saja buat cewek itu begitu geram. ” 

Apakah rekan skizofrenia saya lihat sesuatu 

Saya cuma geleng-geleng kepala serta tersenyum memberikan keyakinan dia. Cewek itu tak ada. Serta dia akan tidak dapat melukai saya. Rekan saya segera mengalihkan pandangan dari saya, kembali pada arah pojok, serta mulai menangis.  

Malam itu saya cuma berbaring di kasur, jemu, tak dapat tidur, dikarenakan peristiwa tadi siang. Saya coba memutar musik, namun mendadak terdengar nada kucing mengeong di ruangan tamu. Lantaran tidak ada kerjaan juga penasaran saya keluar lihat dia tengah ngapain. 
loading...
Kucing saya cuma berdiri memandang pojok ruangan tamu. Semuanya bulunya berdiri, serta dia mendesis kecil. Saya agak merinding serta coba mengelusnya. Namun dia tak bereaksi dengan elusan saya. Dia tetaplah memandang pojok ruang. 

Saat saya beranjak kembali pada kamar, mendadak dia keluarkan nada yang memekakkan telinga. Mungkin saja serupa nada waktu ekornya terinjak. Entahlah. Saya segera membalikkan lihat apa yang terjadi… 

Kosong. Dia menghilang. Saya sangka dia lari ke arah dapur. Namun harusnya ada nada dia mengambil langkah. Ini, tidak ada suaranya. Saya coba mengecheck seputar, dibawah perlengkapan, dibawah sofa, bawah almari. Tak terlihat. Saya lanjut lihat di dapur. Juga tak ada. 

Waktu saya meninggalkan dapur, terdengar nada pisau dicabut dari sarungnya. Saya berbalik. Namun posisi pisau masihlah sama dengan awalannya. Mungkin saja saya alami delusi dikarenakan kurang tidur. Jadi saya lanjut ke kamar. Namun kesempatan ini ada nada ketokan di ruangan tamu. Saya saat itu tengah di tengah-tengah ruangan tamu. Saya dapat lihat di balik tirai yang sedikit terungkap, ada satu tangan pucat mengetuk jendela. Segera saja saya lari terbirit-birit ke kamar, tutup pintur, serta mengunci rapat-rapat. 

Saya segera naik ke ranjang, menyelimuti diri saya. Jantung masihlah berdegup kencang. suara napas berat. 

Lantas mulai nampak nada dentuman kecil. Kedengarannya begitu jauh. Namun makin lama makin keras serta dekat. Punggung saya melekat dinding. Dinding ini yaitu sisi luar tempat tinggal juga. Serta nada getaran dentuman itu dapat saya rasakan di punggung. 

Hening. 

Di samping ranjang saya ada satu jendela besar ditutupi gorden tidak tipis. Saya menghimpun keberanian saya untuk lihat keluar. Namun diluar hanya kegelapan. Namun nada dentumannya mulai nampak lagi, kesempatan ini lebih keras. 

Saya kembali lihat kedalam, untuk meyakinkan saya benar-benar sendirian didalam kamar. Lantas kembali mengalihkan pandangan ke jendela, serta lihat seseorang cewek muka pucat memandang saya. Matanya tampak hitam, kosong, dengan darah mengucur dari situ. 

Selanjutnya saya mulai bangun dari tidur saya, serta lihat kucing saya tengah tidur di samping saya. 

Sejak malam tersebut, saya selalu memandangnya. Selalu serta selalu. Dia mengganggu saya selalu. Tiap-tiap malam. 

Saya rasa dia riil. Soalnya dia telah membunuh rekanku. Rekan saya yang menderita skizofrenia itu. Dia diketemukan wafat dengan darah keluar dari matanya. Saya rasa dia bakal lakukan hal yang sama pada saya. Di waktu saya menulis ini, nada dentuman masihlah terdengar. Bayangan dia masihlah tampak diluar jendela.