loading...
Ini cerita yang dihadapi ayahku saat kuliah. Saat itu ayahku mendaki gunung Merbabu berbarengan rekannya yang bernama Agus. Waktu mendaki Gunung Berbabu tidak ada apa-apa (normal).
Cocok hingga puncak ayahku lihat satu kenteng (batu besar) yang berupa seperti lesung serta pada akhirnya ayahku beristirahat di dekat kenteng itu tengah Agus tengah nikmati panorama. Waktu menuruni gunung ayahku tersesat. Ayahku serta rekannya selalu berupaya untuk mencari jalan yang pas untuk menuruni gunung serta untungnya pada akhirnya ayahku temukan satu perkampungan. Mereka ajukan pertanyaan ke warga ke mana jalan yang pas untuk jalur menuruni gunung.
Namun waktu itu saat telah senja. Jadinya ayahku serta rekannya bermalam di kampung itu. Ayahku serta Agus juga malamnya bercakap dengan warga di satu warung. Lalu ayahku ajukan pertanyaan pada warga itu mengenai kenteng di puncak gunung. “Pak kenteng di puncak gunung itu untuk apa ya? ” (namun pakek Bhs Jawa)
Lalu Agus ajukan pertanyaan keheranan “Kenteng yang mana? Tidak ada kenteng di puncak gunung tadi. ”
Ayahku menjawab “Ada! Tadi anda saat nikmati panorama anda kan memutarinya. ”
Lalu salah seseorang warga juga berkata “Itu sinyal lokasi makamnya Pangeran Samber Nyowo”
Lalu salah seseorang warga menyusul bicara “Hanya beberapa orang istimewa saja yang dapat lihat kenteng itu. ”