Sebagian waktu lalu, saya mendengar nada benda jatuh, gedebug, satu benda berbeban berat jatuh dari langit memecah kebisuan malam. Saya melongokkan kepalaku keluar halaman. Duh Gusti, saya lihat sosok makhluk bergerak, berkaki dua namun tanpa ada tangan serta tak berkepala. Jantungku berdebar-debar, nyaliku kecut saat itu juga. Panorama yg tidak umum itu, sungguh menakutkan serta bikin saya jadi lemas saat itu juga. Lantaran didesak oleh rasa takut serta kaget yang teramat begitu, saya lantas selekasnya menghambur kedalam tempat tinggal. Saya mengunci pintu rapat-rapat serta saya lari ke kamar tidur. Ketika saya merebahkan diri ditempat tidur, terdengar nada kaki mengambil langkah masuk teras rumahku, melompat pagar serta memaksa masuk areal teras kami. Makhluk itu mengetuk pintu, sebelumnya setelah mengatakan salam.
Ketukan itu makin lama makin keras. Walaupun totokannya agak tidak sering, namun begitu bikin diriku tegang. Jantunguk empot-empotan serta nafasku merasa sesak. Dengan tangan gemetar, saya mengambil handphone serta menelpon suamiku. Mar Hardi Winoto, malam itu tengah pekerjaan jagalah malam di Apartemen Losarang, Jalan Sudirman, Jakarta Selatan. Sayang, nomer handphone suami bisa tersambung, tetapi tak diangkat. " Ke mana ini Mas Hardi? Kok telponnya tak diangkat? " tanyaku, dalam batin, sembari kepala yang penuh rasa kalut.
Sesudah berkali-kali saya menelpon tak diangkat, saya lantas selekasnya menelpon ke nomer telkom tetanggaku. Bu Winarto. Fikirku, mungkin saja saja tetanggaku ini dapat menolong dengan bangunkan suaminya untuk menolongku. Sekurang-kurangnya, buat mengusir makhluk misterius yang mengetuk rumahku itu. Tetapi sayang, mungkin saja oleh lantaran telah larut malam, telpon Bu Winarto tak diangkat juga walaupun berkali-kali saya menelpon. Sesudah berkemauan untuk menelpon paling akhir, tiba- tiba telpon Bu Winarto diangkat, lantas saya mengatakan salam serta dari sana tak ada jawaban apa pun. Suaraku memanggil-manggil Ibu Winarto, namun ditelepon itu cuma diam saja, seperti orang yang sedan dengarkan namun tidak ingin bicara apa-apa. " Halo, halo, ini Ibu Winarto? " teriakku. Sayang, sampai selesai saya telephone tidak kunjung ada jawaban.
Sesaat dari luar pintu, ketukan semakin keras serta mengeras. Saya lantas berteriak mengusir makhluk itu, mengharapkan dia pergi dari tempat tinggal kami. Namun, makhluk itu jadi memperkeras nada ketukannya, bahkan juga paling akhir saya mendengar nada sepakan. Dia menendang pintu tempat tinggal kami dengan kuat. Mungkin saja, lantaran pintu tempat tinggal kami telah rapuh, jadi pintu itu lantas rubuh berantakan. Jantungku semakin derdegub hebat waktu saya lihat makhluk berkepala buntung itu telah berdiri di depan ku. Dia telah masuk ke ruang tamu tempat tinggal serta berdiri tegak menghadap kepadaku.
lantas beteriak sekeras-kerasnya, memohon tolong pada tetangga. Namun, makin keras saya berteriak, makin hilang suaraku. Semakin saya keluarkan tenagaku untuk memekik, semakin lenyaplah daya pada pita suaraku. Saat ini saya tidak bisa memohon pertolongan siapa saja. Batinku, saya mesti melawan, saya mesti mandiri serta tegar hadapi fakta sepahit apa pun malam itu. Saya lantas lari ke dapur, ingat area untuk menyimpan golok tajam punya suamiku. Golok itu umum dipakai Mas Hardi untuk memotong pohon-pohon besar di belakang tempat tinggal kami, tanamannya yang ditanam beberapa puluh th. lantas. Golok itu persis diletakkan di samping kulkas serta saya mencapai benda tajam itu, lantas meneror makhluk itu supaya dia cepat-cepat pergi. Namun, makhluk aneh itu tak takut dengan ancaman ku. Golok yang tajam itu tak diperdulikannya serta dia selalu merangsek maju mendekatiku. Dengan sekuat tenaga serta seumpuk keberanian, saya lantas mengayun-ayunkan senjata itu ke badannya.
Diluar kesadaranku, golok tajam itu pada akhirnya mengenai badannya. Bwett, golok di tanganku menyabet sisi dadanya, lantas sosok misterius itu luka berdarah-darah. Darahnya lantas muncrat ke lantai tempat tinggal kami serta dia juga lantas tersungkur lemas lantaran kehabisan darah. Sebagian waktu lalu, saya juga terjatuh lantaran lemas, shock serta depresi berat. Saya memandang badan pria yg tidak mempunyai kepala itu waktu dia meregang nyawa. Tak ada lama kemudian, saya lihat badannya terdiam serta dia mati kehilangan nafasnya. Saya selekasnya memanggil tetanggaku, mengedor tempat tinggal kebanyakan orang serta berteriak histeris, minta tolong ada mayat dirumah kami. Anehnya, semuanya tetanggaku tak ada yang terbangun, tak ada seseorang juga yang dengarkan nada teriakanku, nada jeritanku serta tangisku yang mengiang. Semuanya membisu serta Terlihat terlelap tidur. Tak ada sinyal tanda seseorang juga bakal terbangun serta bisa menolongku.
loading...
Ketika saya lari ke tempat tinggal Pak Ketua RT, Ayah Rudy Mokodompit, saya lihat empat pria berdiri sejajar dengan sama tingginya serta semua menggunakan jas hujan. Keempat orang itu semua tanpa ada kepala, mereka semuanya memakai sepatu lars serta dan menghadap ke arahku yang saat ini berhenti. sebagian waktu lalu, keempat orang itu jalan serempak ke arahku serta saya lari kencang ke tempat tinggal Pak RT. Saya dapat melepaskan diri di sela-sela mereka, lantas menghambur, melesat lantaran tekanan rasa takut yang teramat begitu. Sesudah saya meraih pagar tempat tinggal Pak Rudy Mokodompit, empat lelaki berjas hujan kembali ada di pagar itu. Ke empatnya juga berkepala bunting serta menggunakan sepatu lars sedengkul. Malam itu, nyatanya, di kampungku penuh dengan manusia tanpa ada kepala serta semua menggunakan jas hujan. Lantaran capek serta stress berat, saya terjatuh serta kemudian tak ingat apa-apa lagi.
Demikian tersadar, saya telah ada dalam ruangan UGD rumah sakit Dokter Abubakar Alatas di Jakarta Barat. Tanganku telah penuh dengan infuse mulutku dipakaikan selang oksigen. Suamiku, Mas Hardi, tampak di kaca melambarkan tangannya. Mas Hardi tersenyum ceria, menghidupkan semangatku supaya saya cepat pulih serta sehat kembali bersamanya. Memanglah, walaupun kami telah menikah sepanjang 15 th., namun kami sekalipun tak miliki anak. Kami telah datang ke dokter pakar kandungan, tetapi kami berdua dinyatakan sehat. Kandunganku sehat serta sperma Mas Hardi juga berkwalitas baik, tak ada kekurangan sedikitpun. Tetapi, anehnya, kami tak miliki anak. Saya tak pernah kunjung hamil serta tak pernah terlambat datang bln. sekalipun.
Kami berobat ke mana mana supaya kami memperoleh keturunan. Baik berobat ke dokter, sinshe, penyembuhan herbal ataupun penyembuhan ke orang pandai, alternative. Mungkin, lantaran telah takdir, jadi hingga umur perkawian kami 15 th., saya juga tak kunjung hamil. Jadi, mertuaku, ibu Mas Hardi yang kebelet kepingin miliki cucu, jadi diam-diam memohon Mas Hardi supaya menikah dengan wanita lain yg tidak mandul. Saya dia anggap mandul serta diyakininya akan tidak dapat memberi keturunan pada Mas Hardi. Jujur saja, hatiku begitu sakit mendengar gagasan tersembunyi mertuaku itu. Namun, lantaran dia orang-tua suamiku yang perlu dihormati, jadi saya diam saja, bungkam seperti tak tahu apa-apa. Walau sebenarnya batinku sangat sakit, bahkan juga kurasakan gagasan itu sebagai kejahatan sosial yang besar.
Bahkan juga, hal yang paling menyakitkanku, yaitu tokoh calon istri Mas Hardi yang dipercaya akan memberi anak itu telah diapungkan. Nama wanita itu yaitu Rasti Hapsari, janda muda yang masihlah terkait darah dengan suamiku. Rasti Hapsari, masihlah keponakan dari sepupu Nyonya Maryati Maryamah, mertua perempuanku. Gagasan itu tak di setujui oleh Mas Hardi. Mas Hardi menampik menikah dengan Rasti Hapsari lantaran kasihan terhadapku. Jadi, dengan berkeras, Mas Hardi menampik berpoligami. Lantaran dia meyakini, kalau saya penentang paling utama poligami serta saya tentu menuntut cerai apabila dia menikah lagi. " Saya begitu menyukai istriku, Ma, serta saya meyakini satu saat istriku akan memberi saya keturunan, " ungkap Mas Hardi, pada ibunya. " Istrimu itu mandul, dia akan tidak dapat memberi anda keturunan. Dia bantet, kandungannya punya masalah, jadi itu, Ibu meyakini kalau dia akan tidak memberi anda anak, " kata Nyonya Maryati Maryamah, dengan entengnya, segera memvonis kalau akulah yang bersalah dalam masalah tidak punyak keturunan ini.
" Ibu, kami telah check lewat cara yang cermat serta sungguh-sungguh ke sebagian dokter pakar. Semuanya hasil kontrol itu tunjukkan, kalau istriku sehat, kandungannya baik serta saya juga sekian. Kami berdua semua baik serta tak ada permasalahan dengan kemandulan. Tinggal, kita menanti kasih sayang Allah untuk memberi keturunan itu, bersabarlah, Ma, " tambah suamiku, yang saya kenali dari adik perempuannya, Anita Rahmawati, ipar terbungsuku yang begitu dekat kepadaku. Walaupun telah ada agenda tersembunyi serta pandangan yang negatif dari mertua kepadaku, tetapi saya tetaplah berupaya berbaik-baik pada mertuaku. Fikirku, mengerti sikapnya itu, semakin lebih baik dari pada saya mesti menghukum sikapnya itu. Batinku, saya mesti mengerti, bahkan juga mesti bisa begitu tahu dianya, kalau dia kepingin supaya selekasnya memperoleh cucu, menginginkan memiliki keturunan dari suamiku, dari anak prianya, dia menginginkan selekasnya momong anak dari anaknya. menginginkan selekasnya pelihara cucu-cucu dari buah hatinya, suamiku Mas Hardi yang sampai kini jadi anak yang paling disayang olehnya.
Kembali pada masalah berat yang tengah saya hadapi malam itu. Yakni, satu masalah serangan makhluk misterius tanpa ada kepala sejumlah beberapa puluh di sekitaran rumahku, tengah malam itu, bikin saya pada akhirnya masuk tempat tinggal sakit. Seseorang kyai pakar menjinakkan hantu, jin serta genderuwo, Kyai Haji Arief Hamzah, 67 th., tetanggaku, yakini kalau makhluk tanpa ada kepala sejumlah 12 sosok yang saya jumpai, yaitu hantu-hantu penghuni tanah...