Kamis, 17 Maret 2016

Kisah Sejarah Kejayaan Kerajaan Singasari

loading...
Singasari yaitu nama dari satu daerah yang terdapat di samping timur Gunung Kawi di hulu sungai Brantas. Sekarang ini daerah itu termasuk juga kedalam lokasi Kabupaten Malang di Provinsi Jawa Timur Indonesia. Pada era ke-13, Singasari cuma adalah satu desa kecil yg tidak bermakna. Kondisi ini makin lama beralih bertepatan dengan timbulnya seseorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang sukses merebut daerah itu dari lokasi kekuasaan Kerajaan Kediri yang waktu itu diperintah oleh Raja Kertajaya pada th. 1222 Masehi. Mulai sejak waktu itu ia membangun kerajaan yang berpusat di desa Kutaraja dan mengambil nama gelar kebangsawanan sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Baru lalu pada th. 1254 Masehi, lokasi itu ditukar nama dengan nama Singasari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singasari jadi kota kerajaan yang kuasai lokasi Jawa sisi Timur dari th. 1222 hingga 1292 Masehi. 

Kerajaan Singasari mempunyai keterikatan dengan kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Nararya Sanggramawijaya pada th. 1293 Masehi. Sanggramawijaya atau yang lebih di kenal oleh orang-orang sebagai Raden Wijaya yaitu cucu dari Ceritangamurti serta menantu dari Raja Kertanegara. Kertanegara yaitu raja Singasari paling akhir yang wafat terbunuh dalam peperangan melawan tentara pemberontak yang mengatas namakan Kerajaan Kediri dibawah pimpinan Jayakatwang. Raden Wijaya dengan cara resmi jadi raja Majapahit sesudah sukses menaklukkan tentara Jayakatwang yang sudah merebut Singasari. Raden Wijaya mengerjakannya dengan pertolongan tentara Tartar dari China yang awalannya datang ke Jawa untuk maksud mengalahkan Singasari yang nyatanya telah terlebih dulu diruntuhkan oleh Jayakatwang. 

Cerita mengenai kerajaan Singasari, pertama kalinya ditayangkan dalam karya J. L. A. Brandes, Pararaton of het boek der konigen van Tumapel en van Majapahit uitgegeven en toegelicht, di th. 1896. Dalam karya itu J. L. A. Brandes mengulas mengenai cerita pendiri Singasari seperti tercatat didalam Serat Pararaton atau yang juga dikatakan sebagai Katuturanira Ken Arok. Diawali dengan narasi mengenai Ken Arok yang lalu jadi pendiri kerajaan Tumapel serta mengambil nama abhiseka Rajasa Sang Amurwabhumi sesudah menaklukkan Raja Kertajaya dari Kediri. Mulai sejak waktu itu, narasi Ken Arok mulai di kenal di lingkungan kesejarahan Indonesia. 

Pararaton yaitu manuskrip jawa kuno yang ditulis berbentuk dongeng yang tidak sama dengan bentuk tulisan histori. Oleh karenanya sebagian pakar histori menampik kebenaran naskah itu. Tetapi, butuh di perhatikan kalau narasi itu tak ditujukan untuk beberapa pakar histori, tetapi untuk orang-orang Jawa Kuno yang ketika itu banyak memperoleh dampak dari keyakinan Hindu. Jadi dengan sendirinya, manuskrip itu diceritakan sesuai sama alam fikiran orang-orang yang membacanya. Ajaran hinduisme, mencakup salah satunya dewa-dewa, titisan, karma serta yoga. Ajaran itu memengaruhi alam fikiran orang-orang Jawa serta kesusasteraannya. Pararaton yaitu hasil sastra dari jaman itu, jadi dengan sendirinya sastra Pararaton juga bersudut pandang ajaran Hinduisme. 
Di bawah ini yaitu ringkasan narasi mengenai Ken Arok seperti tercatat didalam naskah Pararaton. 

Bhatara Brahma berjinak-jinak dengan Ken Ndok di lading Lalateng, lalu berpesan supaya Ken Ndok janganlah lagi berkumpul dengan suaminya. Larangan Dewa Brahma itu menyebabkan perceraian dengan suaminya Ken Ndok, Gajah Beberapa. Ken Ndok pulang ke Desa Pangkur, diseberang utara sungai ; Gajah Beberapa kembali pada Desa Campara, di seberang selatan. Lima hari lalu, Gajah Beberapa wafat, konon lantaran ia tidak mematuhi larangan Dewa Brahma serta lantaran anak yang masihlah didalam kandungan. Setelah tiba bulannya, Ken Ndok melahirkan bayi lelaki, yang selekasnya dibuang di kuburan akibat memikul malu. Saat malam harinya, seseorang pencuri bernama Lembong tercengang lihat cahaya berpancaran di kuburan itu. Waktu cahaya itu didekatinya nampaklah seseorang bayi tengah menangis. Lantaran kasihan jadi bayi itu dibawanya pulang. Selekasnya beredar berita kalau Lembong memiliki anak pungut datang dari kuburan. Mendengar berita itu, Ken Ndok dating berkunjung ke Lembong serta mengakui bayi itu anaknya, lahir dari kekuasaan Bhatara Brahma. Anak itu dinamakan Ken Arok.

Ken Arok tinggal di desa Pangkur hingga bisa menggembalakan kerbau, tetapi ia sukai berjudi. Harta kekayaan Bapak pungutnya habis diperjudikan. Saat ia diminta menggembalakan kerbau kepala desa Lebak, kerbau itupun diperjudikannya juga. Mengakibatkan bapak pungutnya mesti membayar duit ubah rugi. Lantaran jengkel, Ken Arok juga diusir dari tempat tinggal. Ditengah jalan ia berjumpa dengan Bango Samparan, penjudi dari Desa Karuman. Ken Arok dibawa ke tempat perjudian. Pada saat itu Bango Samparan menang ; menurut anggapannya karena hadirnya Ken Arok. Oleh karenanya Ken Arok diajaknya pulang serta jadikan anak pungut istri tua Bango Samparan yang kebetulan mandul. Di Karuman, Ken Arok terasa kesepian, lantaran ia tidak bisa bergaul dengan anak-anak Tirtaja, istri muda Bango Samparan. Lalu ia pergi serta berjumpa dengan Tita, anak Sahaja, kepala desa Siganggeng serta belajar berbarengan pada seseorang guru bernama Janggan. Dirumah Janggan, ia tunjukkan kenakalannya. Buah jambu punya Janggan yang masihlah mentah di ambil serta diruntuhkan. Lihat perbuatan itu, Janggan geram. Ken Arok tak berani masuk tempat tinggal, lantas tidur diluar diatas timbunan jerami kering. Saat Janggan keluar pada malam hari, ia terperanjat lihat cahaya berpancaran dari timbunan jerami. Saat didekatinya, nyatanya cahaya itu datang dari Ken Arok. Mulai sejak waktu itu Janggan begitu menyayangi Ken Arok. 

Ken Arok serta Tita tinggal di satu pondok di samping timur Siganggeng untuk menghadang beberapa pedangang yang melalui, tetapi kenakalannya tidaklah sampai disitu saja. Ia berani juga merampok serta merogol gadis penyadap di Desa Kapundungan. Ken Arok jadi perusuh yang mengganggu keamanan lokasi Tumapel serta jadi buruan Akuwu (Penguasa daerah). Ken Arok lari dari satu tempat ke tempat lain. Setiap tempat yang didatanginya jadi tak aman, tetapi ia senantiasa bisa lolos dari bahaya karena perlindungan Bhatara Brahma. 

Saat Ken Arok berguru pada Mpu Palot di Turnyatapada, ia diutus untuk mengambil emas pada kepala desa Kabalon. Beberapa orang Kabalon tak yakin kalau ia yaitu utusan Mpu Palot. Lantaran geram, salah seseorang di antara mereka ditikamnya, lantas ia lari ke tempat tinggal kepala desa. Seluruh masyarakat Desa Kabalon mengubernya, semasing bersenjatakan golok atau palu. Sekonyong-konyong terdengar nada dari langit yang berkata : “Jangan kau bunuh orang itu. Ia yaitu puteraku. Belum usai tugasnya didunia! ”. Mendengar nada itu beberapa pengejarnya berhenti, lantas bubar. 

Disamping itu, di ketahui oleh beberapa orang Daha (Kediri) kalau Ken Arok bersembunyi di Turnyatapada. Dalam kejaran beberapa orang Daha, Ken Arok lari ke Desa Tugaran, dari Tugaran ke Gunung Pustaka serta dari situ mengungsi ke Desa Limbahan ; dari Desa Limbahan ke Desa Rabut, pada akhirnya hingga Panitikan. Atas nasehat seseorang nenek ia bersembunyi di Gunung Lejar. Dalam persembunyiannya di Gunung Lejar, ia mendengar ketentuan beberapa Dewa kalau ia sudah ditakdirkan jadi raja yang bakal kuasai Pulau Jawa. 

Brahmana Lohgawe datang dari India ke Pulau Jawa menumpang diatas tiga helai daun kakatang, diutus oleh Bhatara Brahma untuk mencari orang yang bernama Ken Arok. Ciri-cirinya : tanganya panjang melebihi lutut ; rajah telapak tangan kanannya adalah cakra, rajah telapak tangan kirinya bertanda cangkang kerang. Kata Bhatara Brahma, ia yaitu titisan Dewa Wisnu di satu candi. Dengan terang diberitahukan padanya, Dewa Wisnu tak ada lagi di candi pemujaan, lantaran sudah menitis pada orang yang bernama Ken Arok di Pulau Jawa. Ia diperintahkan mencarinya di perjudian. Oleh karenanya, sesampainya Brahmana Lohgawe di Pulau Jawa, ia selekasnya menuju Desa Taloka berjumpa dengan Ken Arok.

Ken Arok dibawanya menghadap Akuwu Tumapel bernama Tunggul Ametung. Sesudah mendengar uraian pendeta Lohgawe kalau ia barusan dating dari Jambudwipa serta maksud kehadirannya adalah untuk menitipkan anak angkatnya, Ken Arok di terima oleh Tunggul Ametung sebagai pembantu. 

Istri Tunggul Ametung begitu cantik bernama Ken Dedes, anak tunggal seseorang pendeta Budha di Panawijen bernama Mpu Purwa. Konon saat Tunggul Ametung datang di Panawijen untuk meminang Ken Dedes, kebetulan Mpu Purwa tengah bertapa di tegal. Lantaran tidak bisa menahan nafsunya, Ken Dedes dilarikan ke Tumapel serta dikawininya. Saat Mpu Purwa pulang dari pertapaan, memperoleh tempat tinggalnya kosong, lantas menjatuhkan kutuk : “Semoga yang melarikan anak saya akan tidak selamat hidupnya ; mudah-mudahan ia mati terkena tikaman keris. Mudah-mudahan sumur serta sumber air di Panawijen semua kering sebagai hukuman pada beberapa penduduknya, lantaran mereka itu segan menginformasikan penculikan anak saya. Mudah-mudahan anak saya yang telah memperoleh saran karma amamadangi tetaplah selamat serta memperoleh bahagia! ”. 

Saat Ken Arok datang di Tumapel, Ken Dedes sudah hamil. Berbarengan suaminya, ia naik kereta berpesiar ke taman Baboji. Pada saat Ken Dedes turun dari kereta, terungkap kain dari betis hingga pahanya. Ken Arok kagum memandangnya lantaran rahasia Ken Dedes berpancaran cahaya. Sepulangnya dari taman, momen itu dikisahkan oleh Ken Arok pada pendeta Lohgawe. Jawab Lohgawe : “Wanita yang rahasianya menyala, yaitu wanita nareswari. Betapapun nestapanya lelaki yang menikahinya, ia bakal jadi raja besar. ” Mendengar ujaran itu, Ken Arok terdiam. Muncul tujuannya untuk membunuh Tunggul Ametung, tetapi Lohgawe tak sepakat. 

Ken Arok memohon izin untuk berkunjung ke bapak angkatnya Bango Samparan di Desa Karuman. Sesampainya di sana, ia bercerita pengalamannya di taman Baboji pada Bango Samparan serta menyatakan tujuannya untuk membunuh Tunggul Ametung dan lalu mengawini Ken Dedes. Bango Samparan anggota nasehat supaya Ken Arok sebelumnya melakukan tujuannya agar pergi dahulu ke Lulumbang menjumpai pintar keris bernama Mpu Gandring, ia yaitu kawan karib Bango Samparan. Konon siapa saja terkena tikam keris bikinannya tentu mati. Nasehatnya, agar Ken Arok pesan keris padanya. Cuma sesudah keris pesanan itu usai ia baru bisa melakukan tujuannya. Ken Arok pergi ke Lulumbang serta pesan keris pada Mpu Gandring. Kurun waktu lima bln., keris itu agar telah usai. Tetapi jawab Mpu Gandring, agar ia di beri saat satu tahun supaya masak membuatnya. Ken Arok tetaplah pada permintaannya, lantas ia pergi. Lima bln. lalu, Ken Arok kembali pada Lulumbang untuk mengambil keris pesanannya, tetapi keris itu tengah digerinda. Lantaran geramnya, keris itu diambil serta ditikamkan pada Mpu Gandring, lalu dilemparkan ke lumpang pembebekan gerinda. Lumpang juga pecah terbelah. Dilemparkan lagi ke landasan, tetapi landasan juga pecah berantakan. Ken Arok meyakini kalau keris itu betul-betul ampuh. Disamping itu, Mpu Gandring yang tengah berlelaku, mengumpat : “Hei Arok! Anda serta anak cucumu hingga tujuh keturunan bakal mati lantaran keris itu juga! ” sesudah menjatuhkan umpat itu, ia juga mati. Fikir Ken Arok : “Kalau nantinya saya benar jadi orang besar, anak cucu Gandring bakal memperoleh balas layanan, ” lantas, Ken Arok juga pulang terburu-buru ke Tumapel.

Di Tumapel, Ken Arok mempunyai seseorang teman dekat karib bernama Kebo Hijo. Kebo Hijo begitu diakui oleh Tunggul Ametung, namun wataknya sukai pamer. Saat ia lihat keris Ken Arok yang berukiran kayu cangkring, ia memohon Ken Arok untuk meminjamkan padanya. Memanglah tersebut maksud Ken Arok, keris lalu dipinjamkan lantas dipamer-pamerkan Kebo Hijo pada orang banyak, hingga seluruh orang Tumapel tahu kalau Kebo Hijo memiliki keris baru. Ken Arok mengira kalau waktu yang dinanti-nantikannya sudah tiba. Keris di ambil oleh Ken Arok tanpa ada sepengetahuan Kebo Hijo. Saat malam hari saat sudah sepi, Ken Arok masuk ke tempat tinggal Tunggul Ametung, ia segera menuju tempat tidur Tunggulah Ametung yang tengah tidur pulas, selekasnya ditikamnya dengan keris Gandring. Baru esok harinya di ketahui kalau Tunggul Ametung sudah mati ditusuk dengan keris punya Kebo Hijo yang masihlah tertancap di dadanya. Dengan dan merta, Kebo Hijo disergap oleh sanak saudara Tunggul Ametung, dikeroyok serta ditusuki dengan keris Gandring. Anaknya Kebo Randi menangisi kematian ayahnya. Lihat momen itu, iba hati Ken Arok serta berjanji bakal mengambilnya sebagai pekatik (abdi). 

Sepeninggal Tunggul Ametung, Ken Arok jadi akuwu di Tumapel serta mengawini Ken Dedes. Diantara warga Tumapel, tak ada seseorangpun yang berani menentang. Pada saat itu Tumapel yaitu daerah bawahan Daha (Kediri), yang diperintah oleh Raja Kertajaya. Konon Raja Kertajaya juga dikatakan sebagai Dandang Gendis. Ia tengah berselisih dengan beberapa pendeta Siwa-Budha, lantaran hasratnya untuk disembah sebagai Dewa. Hasrat itu tidak diterima, lantaran belum pernah berlangsung pendeta menyembah raja. Untuk memerlihatkan kemampuannya, Kertajaya menancapkan tombaknya di tanah serta duduk di atas ujungnya. Tetapi, beberapa pendeta tetaplah pada keputusannya. Sebagian pendeta meninggalkan Daha serta pergi mencari perlindungan di Tumapel. Hal semacam ini memberi jumlah pengikut Ken Arok yang telah agak besar. Keturunan serta kerabat yang pernah berbuat baik pada Ken Arok di panggil ke Tumapel untuk terima balas layanan serta disuruh untuk menetap di sana. Oleh beberapa pengikutnya, Ken Arok diangkat sebagai raja serta mengambil nama abhiseka sebagai Rajasa Sang Amurwabhumi. Mulai sejak waktu itu, Ken Arok tak akan menghadap Raja Kertajaya di Daha. Hal semacam itu menyebabkan rasa berprasangka buruk pada Kertajaya. Ken Arok disangka bakal memberontak. Kertajaya bersumbar kalau Daha akan tidak bisa ditundukkan oleh siapa juga, terkecuali oleh Bhatara Guru (Dewa Siwa). Mendengar sesumbar itu, Ken Arok memanggil beberapa pendeta serta rakyatnya untuk melihat kalau ia mengambil nama sebagai Bhatara Guru serta memerintahkan tentara Tumapel untuk bergerak menyerbu Daha. Pertempuran sengit pada tentara Tumapel serta Daha berkobar di samping utara Desa Ganter. Dalam pertempuran itu, Mahisa Walungan serta Gubar Baleman, hulubalang Daha, tewas. Hingga bala tentara Daha terpukul mundur serta lari mencari perlindungan. Raja Kertajaya juga melarikan diri mencari perlindungan didalam candi. Daha juga jauh dalam kekuasaan Tumapel pada th. 1222 Masehi. 

Dari perkawinannya dengan Ken Dedes, Ken Arok peroleh tiga orang putera serta seseorang puteri, yakni Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agnibaya serta Dewi Rimbu. Serta perkawinan keduanya dengan Ken Umang, Ken Arok juga memiliki tiga putera serta seseorang puteri yakni Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wregola serta Dewi Rambi. Putera sulung Ken Dedes keturunan Tunggul Ametung bernama Anusapati. 

Bertahun-tahun lamanya cerita pembunuhan Tunggul Ametung dirahasiakan oleh Ken Dedes pada Anusapati. Tetapi, saat Anusapati sudah remaja serta ia terasa diperlakukan lain dari pada saudara-saudaranya oleh Sang Amurwabhumi, nampaklah rasa berprasangka buruk didalam hati Anusapati. Atas tekanan pengasuhnya, Anusapati ajukan pertanyaan pada Ken Dedes, kenapa Sang Amurwabhumi berlaku sekian. Jawab Ken Dedes, “Jika engkau menginginkan tahu, ayahmu yang sesungguhnya adalah mendiang Tunggul Ametung. Ayahmu sudah mati, saat engkau masihlah didalam kandungan. Pada saat itu saya dikawini oleh Sang Amurwabhumi. ” Anusapati ajukan pertanyaan lagi, “Apa penyebabnya bapak wafat? ” Jawab Ken Dedes, “Dibunuh oleh Sang Amurwabhumi”. Ketika itu Ken Dedes terdiam, terasa sudah mengungkapkan rahasia. Anusapati ajukan pertanyaan lagi : ”Ibunda, bolehkan saya lihat keris Gandring pusaka Sang Amurwabhumi? ” Keris juga dipertunjukkan Ken Dedes pada Anusapati. 

Anusapati memiliki seseorang pengalasan datang dari Desa Batil. Pengalasan itu selekasnya di panggil serta di beri perintah untuk membunuh Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa ada menyanggah, pengalasan itu juga pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan dan merta, Sang Amurwabhumi yang tengah bersantap ditikam dari belakang, mati saat itu juga. Saat itu hari Kamis Pon, wuku Landep, saat senja matahari barusan terbenam, th. Saka 1169 (1297 Masehi). Sesudah menikam, pengalasan itu juga lari untuk anggota laporan pada Anusapati. Anusapati lalu memberikannya hadiah imbalan. Tuturnya : ”Telah mati terbunuh, oleh hamba, bapak paduka! ” Dengan dan merta juga, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Karena itu beredar berita : “Sang Prabu mati terkena amuk orang dari Desa Batil. Anusapati sudah membalaskan dendam dengan membunuh pengalasan itu :. Rajasa Sang Amurwabhumi juga dicandikan di Kagenengan. 

Anusapati memiliki seseorang pengalasan datang dari Desa Batil. Pengalasan itu selekasnya di panggil serta di beri perintah untuk membunuh Sang Amurwabhumi dengan keris Gandring. Tanpa ada menyanggah, pengalasan itu juga pergi untuk membunuh Ken Arok. Dengan dan merta, Sang Amurwabhumi yang tengah bersantap ditikam dari belakang, mati saat itu juga. Saat itu hari Kamis Pon, wuku Landep, saat senja matahari barusan terbenam, th. Saka 1169 (1297 Masehi). Sesudah menikam, pengalasan itu juga lari untuk anggota laporan pada Anusapati. Anusapati lalu memberikannya hadiah imbalan. Tuturnya : ”Telah mati terbunuh, oleh hamba, bapak paduka! ” Dengan dan merta juga, pengalasan itu dihabisi hidupnya oleh Anusapati. Karena itu beredar berita : “Sang Prabu mati terkena amuk orang dari Desa Batil. Anusapati sudah membalaskan dendam dengan membunuh pengalasan itu :. Rajasa Sang Amurwabhumi juga dicandikan di Kagenengan.