Senin, 21 Maret 2016

Misteri Pusaka Tersakti di Tanah Jawa yang Pernah Dimiliki Pak Karno

loading...
Menurut keyakinan sebahagian orang Jawa, seseorang pemimpin akan tidak kuat menempati kursinya apabila tanpa ada di dukung piandel serta pusaka-pusaka sakti. Sejauh mana kebenaran dari keyakinan ini? 

Untuk umumnya orang-orang di Indonesia, terutama Jawa, ini bukanlah hal aneh lagi. Keyakinan yg tidak di ketahui mulai sejak kapan berlaku itu dikira satu kewajiban untuk tiap-tiap pemimpin apabila tidak menginginkan tahtanya selekasnya jatuh. Yang tentu, ini tidak cuma narasi beberapa raja serta sultan di saat lantas, namun beberapa elit politik saat ini juga ada banyak yang meyakini kemampuan atau tuah pusaka-pusaka sakti dengan beragam memiliki bentuk. Ada yang yakini, kalau pusaka tersakti yang dapat menolong melenggangkan kekuasaan satu tingkat pimpinan negara atau presiden yaitu Keris Nogososro Keris sakti di Tanah Jawa, yang digambarkan dapat mengalahkan jagat kahyangan apabila dia mengamuk. Tidak heran, terakhir semakin banyak politikus yang datang ke orang pandai untuk memburu pusaka ini dengan cost, prasyarat, serta kemungkinan apa pun. 

Sekurang-kurangnya, sekianlah menurut info yang berhasil diendus Misteri dari beberapa sumber. Beritanya, walaupun ada yang berani beli dengan harga miliaran rupiah atau menukar dengan berkilo-kilo gram emas, tetapi sebenarnya, tidak gampang untuk temukan pusaka keris Nogososro yang asli. Keris ini tetaplah misterius keberadaannya. 

 " Sangat banyak orang yang mengakui mempunyai pusaka Nogososro. Walau sebenarnya semua tentu palsu. Sungguh susah menebak siapa sesungguhnya pemegang keris itu saat ini, " tutur salah seseorang paranormal pakar keris, yang dihubungi Misteri. 
Ditambahkan oleh sumber yang malas dimaksud jati dirinya itu kalau keris Nogososro memanglah mempunyai latar belakang politik yang kental, terlebih dalam hubungan dengan suksesi kepemimpinan kesultanan Demak Bintoro di saat silam. 

 " Pada intinya keris Nogososro adalah pesanan dari Sultan Trenggono untuk memastikan calon penggantinya. Lantaran ada trah keturunan yang dilihat mempunyai kemampuan serta akseptabilitas yang sama untuk menempati kursi kepemimpinan sesudah dia meninggal dunia, " paparnya. 

Dalam histori dinyatakan kalau dua trah kesultanan Demak yang mempunyai kesempatan untuk jadi pemimpin pasca Sultan Trenggono yaitu trah Sidolepen yang dimulai oieh Haryo Penangsang, serta trah Trenggono. Ke-2 trah itu sebenarnya yaitu masihlah bersaudara. 

Bermula dari masalah itu, jadi beberapa wali mengusulkan pada Sultan Trenggono untuk pesan keris Nogososro, sebagai pusaka andalan sekalian sebagai media sayembara, yang kurang lebih diisi : " Siapa yang dapat memegang atau kuasai keris itu, dialah yang memiliki hak menempati tahta. " 

Nyatanya sayembara itu dimenangkan oleh Joko Tingkir atau Hadiwijoyo, anak angkat Sultan Trenggono. Mulai sejak waktu itu, keris Nogososro jadi legenda orang-orang. 

Menurut kisah, pusaka ini pernah hilang dari keraton serta jadi rebutan beberapa pendekar Tanah Jawa, Akibat hilang keris Nogososro pada saat itu di semua kerajaan Demak Bintoro goncang. Pasalnya, kraton cemas pusaka yang begitu ampuh itu jatuh ke tangan orang yg tidak bertanggungjawab. Tetapi untungnya, atas usaha salah seseorang punggawa kerajaan Demak yang populer sakti serta berbudi mulia, pusaka itu bisa diketemukan kembali. 

Orang yang berjasa besar itu bernama Mahesa Jenar, yang disebut saudara seperguruan Kebo Nongo atau Ki Ageng Pengging, sekalian murid kinasih pangeran Hanyaningrat. 

Berdasarkan penjelasan satu diantara sumber, pusaka Nogososro umumnya senantiasa disandingkan dengan dua keris lagi yaitu, Sabuk Inten serta Sengkelat, Sabuk Inten untuk kewibawaan, tengah Sengkelat untuk kamukten. 
Tetapi dari demikian keris yang ada, keampuhan Nogososro tidak ada yang dapat menandinginya. Dengan sawabnya, keampuhan pusaka yang lain bisa terhimpit, bahkan juga hilang sekalipun.

ASAL-USUL KERIS NOGOSOSRO 

Menurut satu diantara sumber, keris Nogososro di buat oleh Empu Supo Mandrani, yang hidup pada jaman kerajaan Majapahit. Namun versi lain mengatakan kalau pusaka ini, sesuai sama namanya, terwujud dari lidah sesosok makhluk berupa ular naga yang begitu sakti. Namanya, Nogososro. Mengenai cerita sedetailnya yaitu seperti berikut : 

Pada jaman dulu, seseorang lelaki sakti mandraguna bernama Manggir terbang memakai selembar tikar permadani meninggalkan tanah kelahirannya dari Baqhdad. Dia punya niat lakukan perjalanan menuju satu pulau yang terbuat dari reruntuhan gunung Himalaya serta berupa seperti naga. Pulau itu tidak lain serta tidak bukanlah yaitu pulau Jawa. 
Kehadiran Manggir di pulau Jawa berbarengan dengan turunnya patung Al-Atha dari India. Kehadiran patung ini diiringi awan kemupus serta grup orang yang memujanya. Serta berbarengan juga dengan itu, berlangsung momen alam yakni gerhana matahari keseluruhan. 

Sesudah sebagian lama tinggal di pulau Jawa, Manggir dihadapkan disuatu fakta kalau ditempat yang baru ini ada sangat banyak gunung berapi, yang setiap saat dapat meletus serta membinasakan penduduknya. Oleh karena itu Manggir punya maksud untuk lakukan tapa brata, dengan maksud mendinginkan gunung berapi yang ada di pulau ini. 

 " Saya bakal pergi ke satu diantara gunung berapi di pulau ini untuk bertapa. Apabila seumpamanya ada keturunanku yang menginginkan berjumpa, suruh dia mencariku kesana, " pesan Manggir pada Ratu Perangin angin, isterinya. 

Seseorang juga tidak ada yang tahu, di gunung berapi yang mana sesungguhnya Manggir bertapa. Sebab di tanah Jawa ini, gunung berapi ada beberapa puluh jumlahnya. Karenanya, sampai saat ini tetaplah misterius. 

Diceritakan, Manggir bertapa hingga beberapa ratus th. lamanva hingga impikan, dia bisa kirim rohnya untuk sesekali menggauli isterinya, hingga satu saat, Ratu Perangin-angin memiliki kandungan. 

 " Bila suamiku kuasai gunung serta daratan, sedang saya penguasa Laut Selatan, mudah-mudahan anakku berkuasa atas keduanya, " doa Ratu disuatu hari sembari mengelus-elus perutnya yang tengah hamil besar. 
Saat lahir, nyatanya anak yang dikandung Ratu bentuk fisiknya bak ular naga. Tidak cuma itu, perubahan badan si anak juga demikian cepat, hingga kurun waktu yang relatif singkat sudah menjelma jadi seekor naga raksasa yang begitu ganas. Sesuai sama kondisinya, si anak dinamakan Nogososro. 

Diceritakan, jika Nogososro jalan atau merayap, jadi langkahnya menggetarkan permukaan bumi serta menyebabkan banyak gunung terancam meletus.

Sampailah disuatu hari Nogososro ajukan pertanyaan pada ibunya, " Hai lbuku, perlihatkan dimana kiranya ayahku ada? Kenapa saya tak seperti manusia umum, hingga tidak seseorangpun makhluk yang ingin bergaul denganku? Saya bakal mencari bapak serta memohon kepadanya supaya badanku dirubah seperti manusia umum. " 

Ratu Perangin-angin tidak bisa menjawab, lantaran dia sendiri terasa kalau hal semacam itu diluar kehendak dianya. Dia sendiri tidak bisa menerangkan dimana kehadiran bapak dari anaknya, sebab dia tidak tahu di gunung mana suaminya bertapa. 
Lantaran jawaban sang ibu, pada akhirnya Nogososro dengan membawa perasaan yang begitu pilu, pergi mencari ayahnya. Sesudah demikian lama mencari, pada akhirnya dia temukan bapak yang dicarinya di satu gunung berapi di pinggir pantai. 

Lihat sosok anaknya, Manggir terperanjat bukanlah kepalang. Tetapi berbarengan dengan itu, mendadak saat ini terbuka olehnya mengenai siapa Ratu Perangin-angin sesungguhnya. 
Wanita berparas jelita itu nyatanya jelmaan dari Patung Al-Atha. Manggir baru mengerti kalau sudah ambil langkah salah, mencampurkan yang gaib serta yang kasar, serta yang putih dengan yang hitam. 
Serta yang berlangsung saat ini yaitu satu ancaman baru untuk semua masyarakat pulau Jawa di masa yang akan datang. Ya, Nogososro yaitu sumber dari ancaman itu. 

Lantaran terasa begitu malu, Manggir malas mengaku Nogososro sebagai anaknya. Tetapi dia tak dengan cara terang-terangan menyebutkan hal semacam itu, tetapi dengan satu taktik. Dimintanya Nogososro melilitkan badannya ke seputar gunung tempatnya bertapa. Dengan pesan, jika ekornya dapat menyentuh kepalanya, jadi dia bakal disadari sebagai anaknya. 
Sebenarnya, kepala serta ekor Nogososro tak dapat sama-sama menyentuh, walau sebahagian badannya sudah masuk kedalam gunung lantaran kuatnya dia melilit. 
Sembari menitikkan air mata, Nogosoro lantas menjulurkan lidahnya supaya bisa meraih ekor. Usahanya ini sukses. Namun Manggir tak dapat terima fakta itu. Dia berasumsi kalau Nogososro sudah berbuat curang. Manggir mencabut kerisnya, lalu membabat lidah anaknya. Apa yang berlangsung? 

Sungguh mengagumkan! Lidah Nogososro yang terputus keluarkan api seperti petir yang begitu dahsyat. Saat itu juga Pulau Jawa bergoncang dengan hebatnya. Mengakibatkan, sisi timur pulau Jawa terputus-putus jadi pulau-pulau kecil. Serta pulau Jawa yang semula berupa serupa seekor ular naga, saat ini beralih jadi seperti harimau. 
Bersamaan dengan itu, Nogososro yang begitu terperanjat dengan aksi ayahnya yang sudah mengambil keputusan lidahnya, dan merta mencengkeram lereng gunung sekuat-kuatnya sembari menahan amarah serta rasa sakit. Mengakibatkan, gunung tempat Manggir lakukan tapabrata meletus dengan teramat dahsyat. 

Demikian dahsyatnya letusan itu hingga semua puncak gunung dan dasarnya terlempar ke Laut Selatan, serta lubang sisanya lalu terisi air laut, membuat satu teluk dengan kedalaman kian lebih 5 km. Teluk itu yang lalu di kenal dengan nama Teluk Pelabuhan Ratu. 

Disamping itu Manggir serta Nogososro, keduanya pernah terpental ke angkasa. Tetapi lantaran kesaktian mereka tidak ada yang alami cidera walaupun sedikitpun. Walau sekian, lantaran mereka lebur berbarengan lahar serta batu, saat ini badan bapak serta anak itu beralih bentuk dengan cara keseluruhan. Manggir rnenjelma jadi patung batu, yang kadang-kadang beralih tempat dari satu gunung ke gunung yang lain. 


Disamping itu, Nogososro yang badannya begitu besar serta panjang, jadi naga batu yang terbentang sampai sekarang ini. Demikian juga tangannya yang mencengkeram gunung berapi tempat Manggir bertapa, hingga saat ini masihlah dapat diliat. 

Karenanya ada pergantian bentuk itu, bahaya dari tangan kanan Nogososro memanglah sudah berlalu. Namun bahaya dari lidahnya yang terputus, masihlah memengaruhi manusia hingga sekarang ini. Konon, lidah yang putus itu turun berbarengan petir Liwe Muser, tempat pertemuan lima buah sungai. Mengakibatkan ditempat itu rnenjelma lubuk yang dalamnya meraih lima batang bambu lebih. Sesaat tanah di sekitar sungai rekah-rekah, membuat lima buah goa. 

Ditempat tersebut lidah Nogososro beralih jadi sebilah keris berupa lidah naga, terbuat dari logam yg tidak di kenal oleh siapa saja. Untuk mengamankan lidah Nogososro, Manggir yang masihlah bertapa diatas punggung anaknya yang sudah jadi gunung batu di Pelabuhan Ratu, selalu memanjatkan doa. Dia mengharapkan senantiasa ada orang yang mengiring jalannya lidah itu. Serta bisa hentikan akibat-akibat jelek yang ditimbulkannya. 

Kata seseorang pakar supranatural, apabila satu waktu kita lakukan rekreasi ke Pelabuhan Ratu, janganlah lupa melihat ke puncak gunung Jayanti. Tuturnya, itu sesungguhnya yaitu kepala Nogososro. 

Apabila menginginkan lihat tangan kanan sang naga, dapat datang ke Goa Gedong Manik Taman Srimegan dari Patugurun. Mengenai tempat putusnya lidah Nogososro, pas di Sungai Cimandiri saat ini, di satu tempat yang dimaksud Bagbagan. 
Dari ke-2 versus cerita diatas, mengenai asal-usul keris Nogososro, manakah yang benar? Entahlah! Yang pasti, pusaka Nogososro sampai saat ini banyak diburu orang, terlebih beberapa petinggi. Namun, sudah pasti tidak sembarang orang yang bisa memilikinya. Bahkan juga beritanya, pusaka ini cuma dapat didapat oleh mereka yang betul-betul berjodoh untuk memilikinya. 

Bung Karno yaitu tokoh yang disebut-sebut pernah mempunyai keris Nogososro. Demikian juga perihal dengan Soeharto. Konon, mereka bisa mempunyai keris sakti itu sesudah lakukan satu ritual yang begitu berat. Apakah benar cerita ini? Sekali, semua masihlah jadi misteri yang susah dicarikan jawabannya.