Senin, 21 Maret 2016

Senjata Pusaka daerah Jawa Tengah Keris

loading...
                                                                                                                  

Senjata tradional Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta dengan cara garis besarnya nyaris sama, cuma membedakan morfologi, bentuk serta ornament dari senjata tradisional itu, yakni Keris. 

Mulai sejak jaman dahulu, keris senantiasa jadi simbol kemampuan, baik untuk lelaki ataupun wanita. Pada intinya, keris sama dengan senjata tradisional yang lain. Bermata tajam dan dipakai untuk memotong, menusuk, atau mengiris. Pada saat lantas, keris juga digunakan sebagai lambang jati diri diri, baik itu untuk sendiri, keluarga, atau klan. Keris seseorang raja tidak sama dengan keris perwira atau abdi dalam bawahannya. Bukan sekedar bilah kerisnya saja yang tidak sama namun juga beberapa detail perhiasan piranti pelengkapnya juga tidak sama. 

Pembuatan 

Keris sudah di buat oleh beberapa empu pembuat keris mulai sejak jaman dahulu. Kombinasi pada materi baja dengan meteorit, dengan tehnik tempa lipat, jadikan keindahan fisik keris terbentuk. 

Pamor 

Dalam dunia perkerisan, di kenal arti pamor daden. Pamor daden yaitu pamor atau “cahaya” yang terbentuk dengan cara spontan, tanpa ada rekayasa sang empu pembuat keris. Menurut percobaan yang dikerjakan, keris umumnya mempunyai kandungan radioaktivitas yang tinggi, oleh karena itu memerlukan langkah untuk menetralisirnya. 

Satu diantara langkah menetralisir bahaya radiasi itu dengan menyarungkan bilah keris ke dalam rencana kayu spesifik. Kayu-kayu yang umum dipakai yaitu kayu Timoho, Trembalu, Cendana, Awar-awar, Galih asem, Liwung, atau gading gajah. 

Diluar itu, ada juga arti pamor rekanan atau pamor buatan. Pamor rekanan yaitu bila mulai sejak awal pembuatan keris, sang empu keris inginkan “cahaya” spesifik dari kerisnya. 

Ciri khas keris Solo, umumnya mempunyai aksesori banyak yang bertahtakan emas berlian dan berangka kayu cendana wangi. Dalam budaya Jawa tradisional keris bukan sekedar dikira sebagai senjata tradisional yang mempunyai kekhasan bentuk serta pamornya. 

Ketidaksamaan keris Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta 

Keris style Solo dimaksud ladrang sedang Yogyakarta bernama Branggah Ladrang memiliki bilah (sarung keris) yang lebih ramping serta simpel tanpa ada banyak hiasan lantaran ikuti style senopatenan serta mataram sultan agungan. Sesaat keris Solo (Ladrang) pada bilahnya semakin banyak ornament serta bentuk serta motif lantaran ikuti cita rasa Madura dari Mpu Brojoguno. Ukiran keris solo memiliki tekstur lebih halus dari pada Yogyakarta. Ada juga ketidaksamaan dari gagang keris, luk, serta lain sebagainya. Semasing mempunyai filosofi sendiri-sendiri. 

                                       

Senjata Tradisional Kasunan Surakarta Hadiningratan 

Pandangan diluar keraton mendeskripsikan pusaka sebagai senjata yang berbentuk sakral. Sedang dalam konteks Kasunanan Surakarta Hadiningrat, arti pusaka dimaknai sebagai benda-benda peninggalan dari leluhur keraton yang diwariskan dengan cara turun-temurun pada dari Raja terlebih dulu ke Raja yang setelah itu. 

Jadi, yang dimaksud pusaka tidak cuma berbentuk senjata saja, tetapi benda-benda lain yang mempunyai makna sendiri untuk keraton. Tetapi, dalam konteks ini, bakal sedikit dibicarakan mengenai senjata pusaka yang dimiliki Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 

Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki beragam type senjata pusaka yang sampai saat ini masihlah dirawat dengan baik. Sebagian type senjata pusaka yang ada di Kasunanan Surakarta Hadiningrat diantaranya keris, tombak, pedang, trisula, gada besi, meriam, dsb. Senjata-senjata pusaka keraton itu dipercaya menaruh arti magis hingga mempunyai kemampuan yang punya pengaruh atau prabawa serta dikira sebagai benda-benda sakral yang perlu dihormati.