Senin, 21 Maret 2016

Senjata Pusaka Daerah Madura Celurit

loading...
                                             Hasil gambar untuk senjata khas madura

Untuk orang-orang madura, CLURIT atau CELURIT tidak bisa dipisahkan dari budaya serta kebiasaan mereka sampai sekarang ini. Senjata tradisional ini mempunyai bilahnya berupa melengkung bentuk bilah berikut sebagai ciri khasnya. Senjata tradisional indonesia yang lain cuma terdapat banyak type senjata yg mempunyai bilah melengkung salah satunya yaitu kerambit (sumatra), arit (jawa), kujang (jawa barat). 

SEJARAH serta MITOS 

Clurit dipercaya datang dari legenda pak Sakera/Sakerah, seseorang mandor tebu dari Pasuruan sebagai satu diantara tokoh perlawanan pada penjajahan belanda. Beliau di kenal tidak pernah meninggalkan celurit serta senantiasa membawa/mengenakannya dalam kegiatan sehari- hari, di mana waktu itu dipakai sebagai alat pertanian/perkebunan. Beliau datang dari kelompok santri serta seseorang muslim yang patuh menggerakkan agama Islam. Pak sakera lakukan perlawanan atas penidasan penjajah, Sesudah Pak Sakerah tertangkap serta dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau dimakamkan di Kota Bangil. Atau tepatnya di lokasi Bekacak, Kelurahan Kolursari, daerah paling selatan Kota Bangil. 
Aksi penjajah itu memimbulkan kemarahan beberapa orang madura, serta mulai berani lakukan perlawanan pada penjajah dengan senjata andalan meraka yaitu celurit. Hingga celurit mulai berpindah manfaat jadi lambang perlawanan, lambang harga diri dan strata sosial. 

CAROK 

– Mon ta’ bangal acarok ja’ ngako oreng Madura 
 (Bila tak berani lakukan carok janganlah mengakui sebagai orang Madura). 

– Oreng lake’ mate acarok, oreng bine’ mate arembi 
 (lelaki mati lantaran carok, wanita mati lantaran melahirkan). 

-Ango’an poteya tolang etembang poteya mata 
 (tambah baik berputih tulang mati dari pada berputih mata memikul malu). 

“Carok adalah berduel dengan cara ksatria satu lawan satu dengan memakai celurit sebagai senjata tajamnya. Carok umum dikerjakan saat seorang terasa dipermalukan serta harga dianya dilecehkan. Jadi, penyelesaian yang terhormat yaitu dengan lakukan duel/bertarung. ” 
Untuk lelaki Madura, seseorang istri yaitu lambang kehadiran dianya. Hingga masalah pada istrinya bermakna pelecehan atas keberadaannya sebagai laki- laki serta adalah bentuk pelecehan paling menyakitkan untuk lelaki Madura. Akan tetapi, carok cuma berlangsung apabila perasaan malu itu memanglah datang dari perbuatan orang lain, bukanlah lantaran tindakannya sendiri. 
Untuk orang Madura, ini yaitu permasalahan prinsip yang tidak dapat ditawar lagi. Tambah baik mati dari pada hidup memikul malu dilecehkan. Dengan argumen untuk membela kehormatan tersebut, jadi orang yang lakukan carok, dikira seperti pahlawan oleh keluarga serta lingkungan sekitarnya. 
Orang yang menaklukkan lawannya waktu carok, serta lolos dari kematian, dikira sebagai oreng jago atau jagoan. Orang seperti ini, yang lalu bakal memperoleh julukan sebagai oreng blater apabila dikerjakan dengan cara ksatria (ngonggai) bukanlah menikam musuh dari belakang (nyelep) 
Bila ada lelaki menganiaya wanita hingga tewas tak dapat dimaksud carok. Seseorang lelaki penakut (tako’an) bakal diledek sebagai keturunan dari manusia yg tidak mempunyai empedu. Golongan wanita juga umumnya menyindir tako’an dengan ungkapan, ’’Sayang, saya wanita, misal mempunyai buah zakar sebesar cabai rawit saja saya bakal lakukan carok. ’’ 
Celurit (are’ takabuwan) adalah senjata favorite dalam aksi carok. Celurit begitu efisien untuk membunuh mengingat memiliki bentuk yang melengkung laksana badan manusia. Bila celurit diayunkan jadi semua sisi permukaannya yang tajam dapat jadi parah dampak sabetan di bagian badan yang rawan kematian seperti perut, leher, serta kepala. 
Mulai sejak dekade 70-an, carok sudah alami pembengkokan arti. Dari mekanisme penegakan harga diri menuju ritus balas dendam serta penyaluran agresi semata- mata. Tidak sama dengan suku Bugis yang mempunyai resolusi perseteruan (maddeceng atau mabbaji) buat menghindar ritual balas dendam serta memutus mata rantai kekerasan. 

JENIS & UKURAN CELURIT 

Berdasar pada bentuk bilahnya, celurit bisa dibedakan jadi : 
– clurit kembang turi 
– clurit wulu pitik/bulu ayam 
Sedang ukuran clurit di kenal dg ukuran 5 (paling kecil) hingga ukuran 1 (terbesar)

STRUKTUR CELURIT 

Biasanya clurit mempunyai hulu (pegangan/gagang) terbuat dari kayu, mengenai kayu yang dipakai cukup beragam macam salah satunya kayu kembang, kayu stingi, kayu jambu klutuk, kayu temoho, serta kayu yang lain. Pada ujung hulu ada tali selama 10-15 cm yang bermanfaat untuk ngegantung/mengikat clurit. Di bagian ujung hulu umumnya ada ulir/cerukan/cungkilan sedalam 1 -2 cm. 
Sarung clurit terbuat dari kulit, umumnya datang dari kulit kebo yg tidak tipis atau kulit sapi dan kulit lainya. Sarung Kulit di buat sesuai sama bentuk bilah yang melengkung, serta mimiliki ikatan pada ujung sarung dekat dg gagang sebagai pengaman. Sarung clurit cuma dijahit 3/4 dari ujung clurit, supaya clurit bisa dengan gampang serta cepat ditarik/dicabut dari sarungnya. Biasanya sarung dihiasi dengan ukiran/ornament simpel. 
Bilah Clurit memakai beragam type besi, untuk yang kwalitas bagus umumnya dipakai besi stainless, besi sisa rel kereta api, besi jembatan, besi mobil. Sedang untuk kwalitas rendah memakai baja atau besi umum. Bilah Clurit punyai ikatan yg menempel pada gagang kayu dan menembus hingga ujung gagang. Sebagaian dari clurit juga di buat ulir 1/2 lingkaran ikuti bentuk bilahnya. Kadang-kadang pada bilahnya ada ornament lingkarang simpel selama bilah clurit. 

PROSES PEMBUATAN 

Sebelumnya kerjakan sebilah celurit, Pintar besi umum berpuasa terlebih dulu. Bahkan juga saban th., tepatnya pada bln. Maulid, dikerjakan ritual kecil di bengkel pande besi. Ritual ini dibarengi sesajen berbentuk ayam panggang, nasi serta air bunga. Sesajen itu lalu didoakan di musala. Baru kemudian, air bunga disiramkan ke bantalan tempat menempa besi. Dipercaya Bila ada yang tidak mematuhi (mengganggu), ia bakal memperoleh musibah sakit- sakitan. Sampai saat ini, tombuk atau bantalan menempa besi pantang dilangkahi terutama diduduki oleh orang. 
Hal pertama yang senantiasa dikerjakan dalam pembuatan, yaitu pilih besi yang diingginkan. Untuk clurit berkwalitas paling baik dipakai besi rel atau besi mobil/jeep. Batangan besi pilihan itu itu lalu dibelah dengan ditempa berulang-kali untuk memperoleh lempengannya. Sesudah peroleh lempengan yang dikehendaki, besi pipih itu lalu dipanaskan sampai meraih titik derajat spesifik. 
Logam yang sudah membara itu lantas ditempa berkali-kali hingga membuat lengkungan sesuai sama type celurit yang dikehendaki. Penempaan dikerjakan dengan kecermatan. Sesudah meraih kelengkungan yang dikehendaki, clurit di gerinda serta haluskan bilahnya. Sesudah dimasukkan/ditancapkan ke gagang yang sudah disediakan terlebih dulu. Serta diteruskan dengan memberi ikatan tali pada gagang itu. Terahir bilah yang telah jadi dibuatkan sarungnya dengan memakai kulit kebo/sapi serta sudah diukir/tatah, di mana ukurana sarung sesuai dengan bentuk bilah itu. Untuk bikin clurit yang berkwalitas paling baik memerlukan saat 2 sapai 4 minggu. 

CELURIT serta PENCAK SILAT 

Di Madura, banyak didapati perguruan pencak silat yang mengajarkan langkah memakai celurit. Meskipun cuma satu benda mati, celurit mempunyai bermacam langkah pemakaiannya. Ini bergantung dari kemauan penggunanya. Di mana perguruan silat menggajarkan tak sebatas di ajarkan untuk melumpuhkan lawan. Tetapi seseorang pemain silat mesti mempunyai batin yang bersih dengan berlandaskan agama.